Selasa, 22 November 2016

LiveWire Aplikasi Dioda

Aplikasi Dioda                
              Diode sangat di daalam kehidupan sehari hari,kta banyak menemukannya ppada alat rumah ranga yang memerluan listrik,dan diode berfungsi sebagai penyearah tegangan dari ac ke dc.

1. Penyearah setengah gelombang.
                 Untuk membuat penyearah setengah gelombang kita hanya membutuhkan satu buah diode.


2.penyearah gelombang penuh.
                 Untuk membuat sebuah penyearah gelombang penuh kita dapat menggunakan 2buah diode.

               
                
3.penyearah gelombang penuh sistem jembatan
penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan ini bisa menggunakan sembarang trafo baik yang CT maupun biasa, atau bahkan bisa juga tanpa menggunakan trafo


4.Rangkaian Clipper (pemotong)
Rangkaian Clipper (pemotong) digunakan untuk memotong atau menghilangkan sebagian sinyal masukan yang berada dibawah atau diatas level tertentu.

Rangkaian Clipper dibagi menjadi 2, yaitu Clipper positif dan clipper Negatif

a)  Clipper seri Positif


clipper paralel positif

b) clipper seri negatif


clipper paralel negatif

5)Rangkaian clamper (penggeser)
Rangkaian clamper digunakan untuk menggeser suatu sinyal ke level dc yang lain, rangkaian clamper paling tidak harus mempunyai sebuah kapasitor, dioda, dan resistor, disamping itu pula ditambahkan sebuah baterei.

DIODA DASAR

DIODA
Dioda merupakan komponen elektronika non-linier yang sederhana. Struktur dasar dioda berupa bahan semikonduktor type P yang disambung dengan bahan type N. Pada ujung bahan type P dijadikan terminal Anoda (A) dan ujung lainnya katoda (K), sehingga dua ter-minal inilah yang menyiratkan nama dioda. Operasi dioda ditentukan oleh polaritas relatif kaki Anoda terhadap kaki Katoda. Karakteristik dioda terdiri atas kurva maju dan kurva mundur. Pada bias maju arus mengalir dengan besar se-dangkan pada bias mundur yang mengalir hanya arus bocor kecil.

 Teori Semikonduktor

Operasi semua komponen benda padat seperti dioda, LED, Transistor Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya (solid state) didasarkan atas sifat-sifat semikon-duktor. Secara umum semikonduktor adalah bahan yang sifat-sifat kelistrikannya terletak an-tara sifat-sifat konduktor dan isolator. Sifat-sifat kelistrikan konduktor maupun isolator tidak mudah berubah oleh pengaruh temperatur, cahaya atau medan magnit, tetapi pada semikon-duktor sifat-sifat tersebut sangat sensitif.

Elemen terkecil dari suatu bahan yang masih memiliki sifat-sifat kimia dan fisika yang sama adalah atom. Suatu atom terdiri atas tiga partikel dasar, yaitu: neutron, proton, dan elek-tron. Dalam struktur atom, proton dan neutron membentuk inti atom yang bermuatan positip dan sedangkan elektron-elektron yang bermuatan negatip mengelilingi inti. Elektron-elektron ini tersusun berlapis-lapis. Struktur atom dengan model Bohr dari bahan semikonduktor yang paling banyak digunakan, silikon dan germanium,

Muatan listrik sebuah elektron adalah: - 1.602-19 C dan muatan sebuah proton adalah: + 1.602-19 C.

Elektron yang menempati lapisan terluar disebut sebagai elektron valensi. Atom sili-kon dan germanium masing-masing mempunyai empat elektron valensi. Oleh karena itu baik atom silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom tetra-valent (bervalensi em-pat). Empat elektron valensi tersebut terikat dalam struktur kisi-kisi, sehingga setiap elektron valensi akan membentuk ikatan kovalen dengan elektron valensi dari atom-atom yang berse-belahan. Struktur kisi-kisi kristal silikon murni dapat digambarkan secara dua dimensi guna memudahkan pembahasan.

Meskipun terikat dengan kuat dalam struktur kristal, namun bisa saja elektron valensi tersebut keluar dari ikatan kovalen menuju daerah konduksi apabila diberikan energi panas. Bila energi panas tersebut cukup kuat untuk memisahkan elektron dari ikatan kovalen maka elektron tersebut menjadi bebas atau disebut dengan elektron bebas. Pada suhu ruang terdapat kurang lebih 1.5 x 1010 elektron bebas dalam 1 cm3 bahan silikon murni (intrinsik) dan 2.5 x 1013 elektron bebas pada germanium. Semakin besar energi panas yang diberikan semakin banyak jumlah elektron bebas yang keluar dari ikatan kovalen, dengan kata lain konduktivitas bahan meningkat.

Setiap elektron yang menempati suatu orbit tertentu dalam struktur atom tunggal (atau terisolasi) akan mempunyai level energi tertentu. Semakin jauh posisi orbit suatu elektron, maka semakin besar level energinya. Oleh karena itu elektron yang menduduki posisi orbit terluar dalam suatu struktur atom atau yang disebut dengan elektron valensi, akan mempunyai level energi terbesar. Sebaliknya elektron yang paling dekat dengan inti mempunyai level energi terkecil.

Besarnya energi dari suatu elektron dinyatakan dengan satuan elektron volt (eV). Hal ini disebabkan karena definisi energi merupakan persamaan:



dimana: W = energi [Joule (J)] Q = muatan (Coulomb)

V = potensial listrik [Volt (V)]


Dengan potensial listrik sebesar 1 V dan muatan elektron sebesar  1.602-19 C, maka energi dari sebuah elektron dapat dicari:



4
Bab 1. Dioda Semikonduktor


W = (1.602-19  C) (1 V) = 1.602-19  J

Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk memindahkan sebuah elektron melalui beda poten-sial sebesar 1 V diperlukan energi sebesar 1.602-19 J. Atau dengan kata lain:

1 eV = 1.602-19  J

Bila atom-atom tunggal dalam suatu bahan saling berdekatan (dalam kenyatannya memang mesti demikian) sehingga membentuk suatu kisi-kisi kristal, maka atom-atom akan berinteraksi dengan mempunyai ikatan kovalen. Karena setiap elektron valensi level ener-ginya tidak tepat sama, maka level energi jutaan elektron valensi dari suatu bahan akan mem-bentuk range energi atau yang disebut dengan pita energi valensi atau pita valensi.

Suatu energi bila diberikan kepada elektron valensi, maka elektron tersebut akan me-loncat keluar. Oleh karena elektron valensi terletak pada orbit terluar dari struktur atom, ma-ka elektron tersebut akan meloncat ke daerah pita konduksi. Pita konduksi merupakan level energi dimana elektron terlepas dari ikatan inti atom atau menjadi elektron bebas. Jarak ener-gi antara pita valensi dan pita konduksi disebut dengan pita celah atau daerah terlarang.

Seberapa besar perbedaan energi, Eg, (jarak energi) antara pita valensi dan pita kon-duksi pada suatu bahan akan menentukan apakah bahan tersebut termasuk isolator, semikon-duktor atau konduktor. Eg adalah energi yang diperlukan oleh elektron valensi untuk berpin-dah dari pita valensi ke pita konduksi. Eg dinyatakan dalam satuan eV (elektron volt). Se-makin besar Eg, semakin besar energi yang dibutuhkan elektron valensi untuk berpindah ke pita konduksi.W = Q.V

Pada bahan-bahan isolator jarak antara pita valensi dan pita konduksi (daerah terla-rang) sangat jauh. Pada suhu ruang hanya ada sedikit sekali (atau tidak ada) elektron valensi yang sampai keluar ke pita konduksi. Sehingga pada bahan-bahan ini tidak dimungkinkan terjadinya aliran arus listrik. Diperlukan Eg paling tidak 5 eV untuk mengeluarkan elektron valensi ke pita konduksi.

pita valensi

Eg = 1.1 eV (Si)
Eg = 0.67 eV(Ge)


pita valensi dan konduksi saling tumpang tindih


Pada bahan semikonduktor lebar daerah terlarang relatif kecil. Pada suhu mutlak 0o

Kelvin, tidak ada elektron valensi yang keluar ke pita konduksi, sehingga pada suhu ini bahan semikonduktor merupakan isolator yang baik. Namun pada suhu ruang, energi panas mampu memindahkan sebagian elektron valensi ke pita konduksi (menjadi elektron bebas). Pada ba-han silikon dan germanium masing-masing Eg-nya adalah 1.1 eV dan 0.67ev.

Dioda Semikonduktor

maka hole menjadi tersisi dan tempat dari elektron yang berpindah tersebut menjadi kosong atau hole. Dengan demikian arah gerakan hole (seolah-olah) berlawanan dengan arah gerakan elektron.

Sedangkan pada bahan konduktor pita valensi dan pita konduksi saling tumpang tin-dih. Elektron-elektron valensi sekaligus menempati pada pita konduksi. Oleh karena itu pada bahan konduktor meskipun pada suhu Oo K, cukup banyak elektron valensi yang berada di pi-ta konduksi (elektron bebas).
 Semikonduktor type n

Apabila bahan semikonduktor intrinsik (murni) diberi (didoping) dengan bahan berva-lensi lain maka diperoleh semikonduktor ekstrinsik. Pada bahan semikonduktor intrinsik, jumlah elektron bebas dan holenya adalah sama. Konduktivitas semikonduktor intrinsik san-gat rendah, karena terbatasnya jumlah pembawa muatan yakni hole maupun elektron bebas tersebut.

Jika bahan silikon didoping dengan bahan ketidak murnian (impuritas) bervalensi lima (penta-valens), maka diperoleh semikonduktor tipe n. Bahan dopan yang bervalensi lima ini misalnya antimoni, arsenik, dan pospor.

Karena atom antimoni (Sb) bervalensi lima, maka empat elektron valensi menda-patkan pasangan ikatan kovalen dengan atom silikon sedangkan elektron valensi yang kelima tidak mendapatkan pasangan. Oleh karena itu ikatan elektron kelima ini dengan inti menjadi lemah dan mudah menjadi elektron bebas. Karena setiap atom dopan ini menyumbang se-buah elektron, maka atom yang bervalensi lima disebut dengan atom donor. Dan elektron “bebas” sumbangan dari atom dopan inipun dapat diko ntrol jumlahnya atau konsentrasinya.

 Semikonduktor type P

Apabila bahan semikonduktor murni (intrinsik) didoping dengan bahan impuritas (ke-tidak-murnian) bervalensi tiga, maka akan diperoleh semikonduktor type p. Bahan dopan yang bervalensi tiga tersebut misalnya boron, galium, dan indium.

harusnya membentuk ikatan kovalen keempat menjadi kosong (membentuk hole) dan bisa di-tempati oleh elektron valensi lain. Dengan demikian sebuah atom bervalensi tiga akan me-nyumbangkan sebuah hole. Atom bervalensi tiga (trivalent) disebut juga atom akseptor, kare-na atom ini siap untuk menerima elektron.

Seperti halnya pada semikonduktor type n, secara keseluruhan kristal semikonduktor type n ini adalah netral. Karena jumlah hole dan elektronnya sama. Pada bahan type p, hole merupakan pembawa muatan mayoritas. Karena dengan penambahan atom dopan akan me-ningkatkan jumlah hole sebagai pembawa muatan. Sedangkan pembawa minoritasnya adalah elektron

Dioda Semikonduktor

Dioda semikonduktor dibentuk dengan cara menyambungkan semikonduktor type p dan type n. Pada saat terjadinya sambungan (junction) p dan n, hole-hole pada bahan p dan elektron-elektron pada bahan n disekitar sambungan cenderung untuk berkombinasi. Hole dan elektron yang berkombinasi ini saling meniadakan, sehingga pada daerah sekitar sambun-gan ini kosong dari pembawa muatan dan terbentuk daerah pengosongan (depletion region).

Bias Mundur (Reverse Bias)

Bias mundur adalah pemberian tegangan negatip baterai ke terminal anoda (A) dan te-gangan positip ke terminal katoda (K) dari suatu dioda. Dengan kata lain, tegangan anoda ka-toda VA-K adalah negatip (VA-K < 0)
Karena pada ujung anoda (A) yang berupa bahan tipe p diberi tegangan negatip, maka hole-hole (pembawa mayoritas) akan tertarik ke kutup negatip baterai menjauhi persambun-gan. Demikian juga karena pada ujung katoda (K) yang berupa bahan tipe n diberi tegangan positip, maka elektron-elektron (pembawa mayoritas) akan tertarik ke kutup positip baterai menjauhi persambungan. Sehingga daerah pengosongan semakin lebar, dan arus yang dis-ebabkan oleh pembawa mayoritas tidak ada yang mengalir.Sedangkan pembawa minoritas yang berupa elektron (pada bahan tipe p) dan hole (pada bahan tipe n) akan berkombinasi sehingga mengalir arus jenuh mundur (reverse satura-tion current) atau Is. Arus ini dikatakan jenuh karena dengan cepat mencapai harga maksi-mum tanpa dipengaruhi besarnya tegangan baterai. Besarnya arus ini dipengaruhi oleh tem-peratur. Makin tinggi temperatur, makin besar harga Is. Pada suhu ruang, besarnya Is ini da-lam skala mikro-amper untuk dioda germanium, dan dalam skala nano-amper untuk dioda si-likon.

Bias Maju (Foward Bias)

Apabila tegangan positip baterai dihubungkan ke terminal Anoda (A) dan negatipnya ke terminal katoda (K), maka dioda disebut mendapatkan bias maju (foward bias). Dengan demikian VA-K adalah positip atau VA-K > 0.

Resistansi Dioda

Karena kurva karakteristik dioda tidak linier, maka resistansi dioda berbeda-beda anta-ra satu titik operasi ke titik operasi lainnya. Pemberian tegangan dc kepada suatu rangkaian yang ada dioda semikonduktornya akan menentukan titik kerja dioda tersebut pada kurva ka-rakteristik. Apabila tegangan dc yang diberikan tidak berubah maka titik kerja dioda juga ti-dak berubah. Perbandingan antara tegangan pada titik kerja dengan arus yang mengalir pada dioda disebut dengan Resistansi DC atau Resistansi Statis.


Resistansi dc pada daerah bias maju akan lebih kecil dibanding dengan resistansi pada daerah bias mundur. VD
......................(1.6)
RD = ¾¾

ELKA BAB 1

Pengertian Elektronika

Elektronika adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tentang pengendalian partikel bermuatan di dalam ruang hampa, gas, dan bahan semikonduktor.


Gambar 1. Pengertian Elektronika

Elektronika yang berhubungan dengan pengendalian partikel bermuatan dalam ruang hampa akan mempelajari piranti-piranti elektronika seperti pentode tabung hampa atau tabung elektron. Contoh: piranti tabung hampa (vacuum tube) adalah piranti yang ada pada radio-radio “kuno”.

Gambar 2. Radio & Tabung Hampa (click gambar untuk memperbesar!)
Contoh piranti elektronika tabung hampa lainnya adalah CRT (cathode-ray tube) atau tabung sinar katode yang banyak dijumpai pada pesawat televisi dan osiloskop (CRO: cathode-ray oscilloscope).

Gambar 3. Televisi dan CRT
Elektronika yang berhubungan dengan pengendalian partikel bermuatan dalam gas akan mempelajari piranti-piranti elektronika seperti tabung-tabung foto jenis gas (gas-type phototubes) yang digunakan dalam industri per-film-an sebagai sound-on-film sensors.
Elektronika yang berhubungan dengan pengendalian partikel bermuatan dalam semikonduktor akan mempelajari piranti-piranti elektronika semikonduktor seperti diode (gambar b), transistor (gambar a), dan IC (gambar c).
Gambar 4. Piranti Elektronika Semikonduktor
Komponen Elektronika
Dalam bidang elektronika, komponen diartikan sebagai elemen terkecil dari rangkaian/sistem elektronis. Berdasarkan respons output terhadap inputnya komponen elektronik dibedakan menjadi komponen pasif dan komponen aktif.
Komponen Aktif: Komponen yang dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik, serta mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Contoh komponen aktif:
(1) Transistor, merupakan komponen elektronika dengan 3 elektrode yang berfungsi sebagai penguat/saklar. Jika menjadi komponen dalam rangkaian penguat, karena merupakan komponen aktif, maka transistor dapat menguatkan sinyal listrik. 
Gambar 5. Transistor Sebagai Komponen Aktif Penguat
(2) Diode, merupakan piranti elektronika dengan dua elektrode, yang dapat digunakan untuk menyearahkan sinyal listrik, sehingga termasuk komponen aktif. Pada contoh di bawah ini, diode merupakan komponen dari rangkaian penyearah sinyal AC menjadi DC.
Gambar 7. Diode Sebagai Komponen Penyearah
(3) LED (light emitting diode). Jika dihubungkan dengan sumber tegangan seperti pada rangkaian di bawah ini, maka LED tersebut akan menyala. Jadi, LED termasuk komponen aktif karena dapat mengubah suatu bentuk energi (listrik) ke bentuk lainnya (cahaya).

Gambar 9. LED Mengubah Energi Listrik Menjadi Cahaya
Komponen Pasif: Komponen yang tidak dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik serta tidak dapat mengubah suatu energi ke bentuk lainnya. Contoh komponen pasif:
(1) Resistor, merupakan komponen elektronika yang berfungsi membatasi/menghambat arus listrik. Karena tidak dapat menguatkan sinyal maka resistor termasuk komponen pasif. Pada gambar sebelah kiri, terdapat rangkaian yang memberikan arus sebesar 2 mA. Jika pada rangkaian disisipkan resistor 10 K ohm (gambar kanan), akan memberikan arus 1 mA. Nampak bahwa pemasangan resistor tersebut akan membatasi arus. Oleh karena tak dapat menguatkan sinyal, maka resistor termasuk komponen pasif.

Gambar 10. Simulasi Watak Resistor Sebagai Pembatas Arus
Tampilan berikut ini adalah suatu simulator yang dapat digunakan untuk melakukan percobaan secara simulatif tentang rangkaian seri dua buah resistor. Perhatikan bahwa dengan R1=20 ohm, R2=40 ohm dan sumber tegangan 12V, rangkaian akan mengalirkan arus sebesar 0,2 A. Coba anda ubah nilai R1 menjadi 40 ohm! Berapakah nilai arus yang mengalir? Lebih kecil bukan? Itu menunjukkan bahwa resistor berfungsi sebagai pembatas arus.
(2) Kapasitor, merupakan komponen elektronika yang berfungsi menyimpan medan listrik, dapat berfungsi memblokir arus DC dan meneruskan arus AC.  Karena tidak dapat menguatkan, menyearahkan dan mengubah suatu energi ke bentuk lainnya, maka kapasitor termasuk komponen pasif. Coba ikuti simulasi berikut ini!


Gambar 11. Simulasi Watak Kapasitor (click gambar untuk menampilkan ukuran sebenarnya!)
Gambar (a) menunjukkan bahwa walaupun ditahan oleh resistor, arus DC masih dapat dialirkan pada rangkaian sehingga pada titik A terdapat tegangan 5V. Jika resistor diganti dengan kapasitor seperti pada gambar (b), arus DC ditahan oleh resistor sehingga tegangan pada titik B tidak ada. Tetapi jika rangkaian dengan kapasitor sumbernya diganti dengan AC seperti pada gambar (c), maka arus akan dialirkan, terbukti pada titik C terdapat tegangan 5,368V.
(3) Induktor, termasuk komponen pasif karena tidak dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal maupun mengubah suatu energi ke bentuk lainnya. Bagi arus DC induktor bersifat mengalirkannya tetapi bagi arus AC induktor bersifat menghambat. Coba ikuti simulasi berikut ini!


Gambar 12. Simulasi Watak Induktor
Gambar (a) menunjukkan bahwa rangkaian tanpa induktor, tegangan pada ujung-ujung resistor 10V. Pada gambar (b), rangkaian disisipi induktor menghasilkan tegangan yang sama dengan rangkaian tanpa induktor. Jadi, induktor bagi arus DC bersifat meneruskan, tetapi bagi arus AC bersifat menghambat seperti ditunjukkan pada gambar (c). Jika rangkaian dengan induktor diberi sumber AC dalam hal ini 10 Vrms, maka induktor itu bersifat menghambat sehingga pada ujung-ujung resistor tegangannya turun menjadi 5,056V.
Berdasarkan hubungan antara tegangan dan arus yang melewatinya, kompoenen elektronika dibedakan atas komponen linear dan komponen non-linear.
Komponen Linear: Hubungan antara arus (I) dan tegangan (V) pada komponen tersebut bersifat linear, arus berbanding lurus terhadap tegangan. Contoh: Resistor.

Gambar 13. Sifat Resistor Sebagai Komponen Linear
Komponen Non-Linear: Hubungan antara arus (I) dan tegangan (V) pada komponen tersebut bersifat tidak linear. Contoh: Diode.

Gambar 14. Watak Diode Sebagai Komponen Non-Linear
Rangkaian Elektronika
Rangkaian elektronika adalah rangkaian yang dibentuk oleh komponen-komponen elektronika pasif dan aktif yang merupakan suatu satuan untuk pemrosesan isyarat (signal processing).


  
Gambar 15. Pengertian Rangkaian Elektronika
Pemrosesan isyarat dapat mencakup:
  • Penguatan (amplification), rangkaiannya dinamakan penguat (amplifier).
  • Penyearahan (rectification), rangkaiannya dinamakan penyearah (rectifier).
  • Pembangkitan (oscillation), rangkaiannya dinamakan pembangkit sinyal (oscillator) atau osilator
  • Pemodulasian (modulation), rangkaiannya dinamakan modulator
  • Pemrosesan sinyal digital
Penguatan: contoh rangkaian yang melakukan pemrosesan isyarat ini adalah amplifier dengan penguatan sebesar dua kali.

Gambar 16. Diagram Blok Amplifier Dengan Penguatan 2 Kali
Implementasi rangkaian tersebut menggunakan OPAMP adalah:

Gambar 17. Amplifier Dengan Pnguatan 2 Kali
Jika dilakukan pengukuran menggunakan osiloskop maka akan dihasilkan gambar seperti ini:

Gambar 18. Input dan Output Penguat Dengan Penguatan 2 Kali
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa amplifier melakukan suatu pemrosesan isyarat jenis penguatan dengan menguatkan sinyal input menjadi 2 kalinya pada outputnya.
Penyearahan: contoh rangkaian yang melakukan jenis pemrosesan isyarat ini adalah penyearah gelombang penuh.

Gambar 19. Daiagram Blok Penyearah Gelombang Penuh
Rangkaian penyearah gelombang penuh:

Gambar 20. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
Pengukuran pada input dan output rangkaian tersebut menghasilkan:

Gambar 21. Bentuk gelombang input & output penyearah gelombang penuh
Rangkaian penyearah melakukan pemrosesan sinyal dengan menyearahkan sinyal AC pada inputnya (titik A) menjadi sinyal DC pada outputnya berbentuk gelombang penuh (titik B). Jadi, penyearah merupakan rangkaian elektronika.
Pembangkitan: contoh rangkaian yang melakukan pembangkitan isyarat/sinyal adalah osilator gelombang segitiga dan kotak seperti gambar berikut ini.


Gambar 22. Diagram Blok Osilator


Gambar 23. Rangkaian Osilator Dengan OPAMP

Dalam simulasi ini, rangkaian oscillator melakukan pekerjaan pemrosesan sinyal jenis pembangkitan dengan membangkitkan gelombang kotak dan segitiga pada outputnya. Jadi, osilator merupakan rangkaian elektronika.
Rangkaian elektronika menurut tata letaknya terdiri atas rangkaian diskrit dan rangkaian terintegrasi (integrated circuit, IC).
(1) Rangkaian Diskrit: merupakan rangkaian elektronik yang komponen-komponennya diletakkan di atas papan rangkaian seperti PCB (printed circuit board), hubungan antar komponen dilakukan melalui konduktor. Setiap komponen berdiri sendiri-sendiri, sehingga jika terdapat komponen yang rusak, komponen tersebut dapat diganti.

Gambar 25. Tata Letak Komponen Pada Rangkaian Diskrit
(2) Rangkaian Terintegrasi (IC): Komponen-komponennya tercetak dalam keping silikon yang disebut chip yang ukurannya kira-kira 1mm persegi. Dalam chip yang ukurannya 1mm persegi tersebut terdapat beribu-ribu komponen. Jika chip tersebut dikemas dan diberi pin sehingga menjadi piranti elektronik maka piranti tersebut dinamakan IC (integrated circuit).
Klasifikasi Rangkaian Terintegrasi:
  • SSI (small scale integration), jumlah komponen lebih kecil dari 100 buah.
  • MSI (medium scale integration), jumlah komponen antara 100 s.d. 1000 buah.
  • LSI (large scale integration), jumlah komponen antara 1000 s.d. 10.000 buah
  • VLSI (very large scale integration), jumlah komponen lebih besar dari 10.000 buah
Karena proses interkoneksi antar komponen dilakukan di atas chip oleh pabrik kemudian dikemas dalam bentuk IC, maka jika ada komponen yang rusak, maka komponen yang rusak itu tidak dapat diganti, jadi IC nya yang diganti.

Rangkaian elektronika menurut  jenis sinyal yang diproses terdiri atas:
(1) Rangkaian Analog: merupakan rangkaian yang memproses sinyal yang bersifat kontinyu, yakni sinyal yang nilainya memiliki interval seperti 0,1 V; 0,2 V;1 V; 1,5 V; 2 V dan seterusnya.
(2) Rangkaian Digital: Rangkaian elektronika yang melakukan pemrosesan sinyal yang bersifat diskrit, yakni sinyal yang nilainya dalam dua keadaan saja yakni rendah dan tinggi.

Gambar 28. Perbedaan Rangkaian Elektronika Analog dan Digital
Sistem Elektronika
Sistem elektronika adalah kesatuan yang tersusun dari komponen dan rangkaian elektronika untuk tujuan pengalihan tenaga dalam bidang komunikasi, atau komputasi, atau instrumentasi dan kendali.

Gambar 29. Ilustrasi Sistem Elektronika
Dari gambar terlihat bahwa input dan output sistem elektronika berupa suatu energi, dan tujuan adanya sistem adalah untuk melakukan pengalihan tenaga dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Contoh sistem elektronika dalam bidang komunikasi:

Gambar 30. Diagram Blok Sistem Komunikasi 1 Arah
Pemancar dan penerima merupakan sistem elektronik, karena di dalamnya terdapat beberapa rangkaian dan komponen elektronik dan bertujuan melakukan transfer energi (coba sebutkan!). Jika keduanya bergabung menjadi sistem komunikasi, maka keduanya disebut subsistem.

Contoh-contoh sistem elektronika:
Telepon selular atau HP adalah sistem elektronika pada bidang komunikasi karena pada saat pengguna mendengarkan pembicaraan telepon maka HP berfungsi mengubah energi gelombang elektromagnetik menjadi energi gelombang mekanik suara, sedangkan saat digunakan untuk menelpon HP berfungsi mengubah energi gelombang mekanik suara menjadi energi gelombang elektromagnetik.
Radio merupakan sistem elektronika bidang komunikasi karena berfungsi mengubah energi gelombang elektromagnetik menjadi energi gelombang mekanik suara.
Televisi berfungsi mengubah energi gelombang elektromagnetik menjadi energi cahaya.
Robot mengubah sinyal-sinyal listrik menjadi energi gerak dan timbangan digital mengubah energi mekanik berat menjadi energi listrik.